HNP akibat kerja bisa memicu terjadinya kondisi saraf kejepit. HNP adalah hernia nukleus pulposus, yang sering disebut juga sebagai saraf terjepit. Saraf terjepit merupakan salah satu gangguan pada tulang belakang yang bisa mengintai pekerja aktif, baik pada sektor formal maupun informal.
Saraf Kejepit Akibat Apa?
Kondisi ini terjadi ketika bantalan antara ruas-ruas tulang belakang mengalami kerusakan atau pergeseran, sehingga menekan saraf yang berada sekitarnya. Rasa nyeri, kesemutan, bahkan kelumpuhan sebagian bisa muncul akibat tekanan tersebut. Meski terdengar seperti penyakit berat yang jarang terjadi, faktanya HNP cukup sering ditemukan, terutama pada orang-orang yang menjalani pekerjaan dengan aktivitas fisik berulang atau posisi tubuh yang tidak ergonomis.
Apa Itu HNP dan Bagaimana Terjadinya?
Secara anatomis, tulang belakang manusia terdiri dari beberapa segmen tulang (vertebra) yang dipisahkan oleh diskus intervertebralis. Diskus ini berfungsi sebagai bantalan dan peredam kejut. Bagian tengah dari diskus disebut nukleus pulposus—sejenis jaringan seperti gel—yang dikelilingi oleh lapisan luar yang lebih keras. HNP terjadi ketika lapisan luar ini melemah atau robek, sehingga isi dalamnya menonjol keluar dan menekan saraf tulang belakang.
Pekerjaan yang melibatkan angkat beban, dorong-tarik benda berat, duduk lama tanpa dukungan punggung yang baik, atau posisi membungkuk terus-menerus dapat memicu tekanan berlebih pada tulang belakang. Bila dilakukan secara rutin tanpa pemulihan yang cukup, diskus bisa kehilangan elastisitasnya dan akhirnya mengalami herniasi. Inilah awal mula dari HNP akibat kerja.
Kenapa seseorang bisa terkena saraf kejepit, memang banyak faktor. Kelainan sudut kelengkungan tulang belakang seperti kifosis, skoliosis, lama kelamaan bisa menjepit saraf. Jatuh baik karena olahraga atau kecelakaan, juga bisa berdampak pada tulang belakang. Tumor pun juga bisa mengusik struktur tulang belakang termasuk bantalan tulang.
Apakah Saraf Terjepit Merupakan Cedera Kerja?
Siapa sih yang berisiko saraf kejepit akibat kerja? Tak semua orang yang bekerja berat akan mengalami HNP. Namun, beberapa profesi memang memiliki risiko lebih tinggi daripa da yang lain. Pekerja konstruksi, buruh pabrik, pengemudi jarak jauh, tenaga medis yang sering mengangkat pasien, bahkan pekerja kantoran yang duduk seharian tanpa variasi gerakan—semuanya termasuk dalam kelompok rentan.
Faktor usia juga berperan besar. Mereka yang berada di usia produktif (30-50 tahun) biasanya lebih sering mengalami HNP akibat kerja terlalu berat dan mulai menurunnya elastisitas diskus.
Selain itu, kebiasaan hidup seperti jarang berolahraga, postur tubuh yang buruk, serta kebiasaan merokok turut mempercepat kerusakan bantalan tulang belakang. Merokok, misalnya, bisa mengurangi suplai oksigen ke jaringan diskus, mempercepat degenerasi, dan membuat diskus lebih rentan cedera.
Kegiatan apa saja yang menyebabkan saraf terjepit? Saat seseorang terus-menerus melakukan aktivitas berat—seperti mengangkat beban dengan cara yang salah, membungkuk berlebihan, atau duduk terlalu lama dengan postur tubuh yang buruk—tekanan pada diskus meningkat. Jika tekanan ini terjadi secara kronis, lapisan luar diskus bisa melemah dan robek. Ketika itu terjadi, bagian dalam yang lunak bisa terdorong keluar dan menekan saraf. Itulah yang disebut herniasi diskus, atau HNP.
Gejala HNP Akibat Kerja
Gejala HNP bervariasi tergantung pada lokasi herniasi dan saraf mana yang tertekan. Jika terjadi pada tulang belakang bagian bawah (pinggang/lumbar), gejala paling umum adalah nyeri yang menjalar dari punggung ke kaki (sciatica), kesemutan, mati rasa, atau kelemahan otot kaki. Sementara bila terjadi pada ruas leher (servikal), bisa timbul nyeri menjalar ke bahu, lengan bahkan sampai membuat ujung jari tangan kesemutan dan kebas. Kondisi ini adalah HNP cervical.
Bagi pekerja, ini jelas berdampak besar. Tidak hanya menurunkan produktivitas, tapi juga mengganggu kehidupan sehari-hari. Banyak penderita HNP yang kesulitan duduk lama, berdiri, atau berjalan. Dalam kasus berat, penderita bahkan perlu cuti panjang atau berhenti bekerja karena nyeri yang kronis atau gangguan mobilitas.
HNP Akibat Kerja
Gejala HNP akibat kerja bisa muncul secara bertahap atau mendadak, tergantung seberapa besar herniasi dan saraf mana yang terkena. Gejalanya bisa berupa:
- Nyeri punggung bawah pinggang kanan sakit yang menjalar ke bokong, paha, hingga betis (sciatica).
- Kesemutan atau rasa seperti terbakar pada tungkai.
- Kelemahan otot kaki atau pergelangan kaki.
- Nyeri yang bertambah saat duduk, batuk, atau mengejan.
- Gangguan keseimbangan atau kehilangan refleks.
Gejala-gejala ini tidak hanya mengganggu produktivitas kerja, tetapi juga kualitas hidup secara umum. Banyak pekerja yang tidak menyadari bahwa nyeri pinggang berkepanjangan dan menjalar ke kaki adalah tanda awal dari HNP. Mereka cenderung menahannya atau menganggapnya sebagai pegal biasa akibat kelelahan.
Bagaimana Usaha Pencegahan Supaya Tidak Terjadi Saraf Kejepit?
Meski terdengar serius, HNP sebenarnya ada langkah-langkah pencegahan sederhana. Salah satunya adalah memperbaiki postur tubuh saat bekerja. Pekerja kantoran sebaiknya menggunakan kursi ergonomis yang mendukung tulang punggung, serta rutin berdiri dan meregangkan tubuh setiap satu jam.
Bagi pekerja fisik, sangat penting untuk mempelajari teknik mengangkat beban yang benar, seperti menekuk lutut terlebih dahulu dan menjaga punggung tetap lurus.
Olahraga juga memegang peranan penting. Latihan penguatan otot inti (core strength) bisa membantu menopang tulang belakang dan mengurangi tekanan pada diskus. Yoga, pilates, atau senam punggung adalah pilihan yang sangat baik untuk menjaga fleksibilitas dan kekuatan otot sekitar tulang belakang.
Hal lain yang juga terkait HNP akibat kerja adalah berat badan. Kelebihan berat badan meningkatkan beban pada tulang belakang dan mempercepat degenerasi diskus. Maka dari itu, menjaga pola makan seimbang dan aktif bergerak menjadi cara penting untuk mencegah timbulnya HNP.
HNP Akibat Kerja, Penanganan dari Konservatif hingga Bedah Minimal
Bila HNP sudah terjadi, penanganannya bisa beragam tergantung tingkat keparahan. Pada banyak kasus, pendekatan konservatif cukup efektif. Ini termasuk istirahat, terapi fisik, penggunaan obat anti nyeri, dan perubahan gaya hidup. Terapi fisik biasanya fokus pada peregangan, latihan penguatan otot, dan teknik relaksasi saraf yang terjepit.
Namun, jika gejala tidak membaik dalam waktu beberapa minggu atau muncul kelumpuhan, gangguan buang air kecil, atau nyeri hebat yang tidak tertahankan, tindakan bedah mungkin akan dokter anjurkan guna membebaskan jepitan. Operasi HNP modern saat ini telah jauh lebih aman dan minim invasif, sehingga waktu pemulihan lebih cepat.
Teknologi medis modern, seperti endoskopi tulang belakang, telah mempermudah penanganan HNP. Metode ini memungkinkan dokter untuk melihat dan mengobati area yang terkena dengan sayatan minimal, sehingga mempercepat proses pemulihan pasien. Jadi kalau nyeri pinggang kiri menjalar sampai bokong dan kesemutan di kaki kiri jangan tunda lagi untuk konsultasi dengan dokter spesialis tulang belakang yang piawai mengatasi saraf kejepit.
Pentingnya Kesadaran di Tempat Kerja
Pencegahan HNP akibat kerja tidak bisa bergantung sepenuhnya pada individu. Tempat kerja juga memegang peranan vital dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan tulang belakang. Pelatihan ergonomi, penyediaan alat bantu angkat beban, hingga program kesehatan dan kebugaran rutin adalah bentuk investasi jangka panjang perusahaan dalam menjaga kesehatan pekerjanya.
Selain itu, budaya kerja yang mendukung istirahat cukup, fleksibilitas posisi kerja, dan pemeriksaan kesehatan berkala dapat mencegah masalah seperti HNP berkembang menjadi kronis. Kesadaran ini harus dimiliki oleh semua lini—baik manajemen, HRD, maupun karyawan itu sendiri.
Peran Ergonomi dan Kebijakan Kesehatan Kerja
Salah satu pendekatan penting dalam mencegah HNP akibat kerja adalah penerapan prinsip ergonomi. Ergonomi membantu menyesuaikan lingkungan kerja agar selaras dengan kemampuan dan batas fisik manusia. Misalnya, meja dan kursi yang dapat mereka atur tinggi-rendahnya, kursi dengan sandaran punggung yang baik, hingga alat bantu untuk mengangkat barang berat.
Pekerja juga perlu mendapatkan edukasi rutin tentang postur kerja yang benar dan pentingnya istirahat aktif. Istilah “microbreak”—istirahat singkat tiap 30–60 menit—mulai banyak berlaku pada perusahaan untuk membantu mengurangi kelelahan otot dan memperbaiki sirkulasi tubuh.
Selain itu, beberapa perusahaan mulai mengintegrasikan program kesehatan kerja, seperti pemeriksaan tulang belakang berkala, kelas olahraga ringan, dan pelatihan penanganan beban secara aman. Langkah-langkah ini bukan hanya meningkatkan kesehatan pekerja, tapi juga menurunkan biaya pengobatan jangka panjang akibat gangguan muskuloskeletal.
HNP di Era Kerja Hybrid
Dengan semakin berkembangnya model kerja hybrid—sebagian pekerjaan kantor dan sebagian lagi dari rumah—risiko HNP justru bisa meningkat bila tidak segera mendapatkan perhatian. Banyak pekerja yang tidak memiliki fasilitas kerja ergonomis saat WFH, sehingga menggunakan meja makan, sofa, bahkan tempat tidur sebagai tempat bekerja. Posisi yang salah ini memperparah beban tulang belakang dan mempercepat kerusakan diskus.
Penggunaan standing desk, kursi kerja dengan sandaran lumbar, serta kebiasaan berolahraga ringan antara waktu kerja bisa sangat membantu mencegah terjadinya HNP.